Info Biografi

Situs Terlengkap Kumpulan Artikel Biografi Tokoh Terkenal Dunia, Artis dan Orang Berpengaruh Dalam Sejarah Dunia.

sunan kalijaga

Biografi Lengkap Sunan Kalijaga atau Raden Said  Tokoh Wali Songo yang ikut Menyebarkan ISLAM

InfoBiografi.Com – Sunan Kalijaga merupakan tokoh Wali Songo yang ikut menyebarkan Agama Islam di pulau Jawa. Namanya lekat dengan Muslim di Pulau Jawa, karena kemampuannya dan membawa pengaruh Islam ke tradisi Jawa. Berikut ini Biografi lengkapnya.

Keluarga Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga memiliki nama asli Joko Said, yang diperkirakan lahir pada tahun 1450 M. Sunan Kalijaga merupakan putra dari adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Ayah Sunan Kalijaga yaitu Tumenggung Arya Wilatikyta merupakan keturuan dari pemberontak legendaris Majapahit, Ronggolawe.

Berdasarkan riwayar masyhur, bahwa Adipati Arya Wilatikyta sudah memeluk Islam sejak sebelum lahirnya Joko Said. Meskipun seorang muslim, ia dikenal sangat kejam dan sangat taklid kepada pemerintah pusat Majapahit yang menganut Agama Hindu. Ia menetapkan pajak tinggi kepada rakyatnya. Sedangkan Joko Saig muda yang mengetahuinya dan tidak setuju dengan segala kebijakan Ayahnya. Sebagai Adipati, Joko Said sering membangkang pada kebijakan-kebijakan Ayahnya.

Pembangkangan Tehadap Ayahnya

Hingga sampai puncaknya, pembangkangan itu terjadi ketika JOko Saik membongkar lumbung kadipaten dan membagi-bagikan padi dari dalam lumbung ke pada rakyat Turban yang saat itu dalam keadaan kelaparan akibat kemarau panjang.

Karena tindakannya, Ayahnya kemudian menggelar sidang untuk mengadili Joko Said dan menanyakan alasan dari perbuatannya. Kesempatan itu tidak di sia-siakan oleh Joko Saik untuk mengatakan alasan pada ayahnya. Joko Said mengatakan bahwa alasannya melakukan itu karena ajaran agama Islam. Ia menentang ayahnya yang menumpuk makanan di lumbung sementara rakyatnya hidup dalam kemiskinan dan kelaparan.

Ayahnya tidak terima dengan alasan yang diberikan oleh Joko Saik karena mengganggap Joko Said mengguruinya dalam masalah Agama. Karena alasan tersebut, akhirnya ayahnya mengusir Joko Said dari istana kadipaten seraya mengatakan ia baru boleh pulang jika ia sudah mampu menggetarkan seisi Tuban dengan bacaan ayat-ayat suci Al-quran.

Raden Said menjadi Perampok

Setelah keluar dari kadipaten Tuban. Joko Said berubah menjadi perampok yang terkenal dan ditakuti dikawasan Jawa Tmur. Namun, dalam merampok Joko Said memilih korban dengan seksama. Ia hanya merampok orang kaya yang tidak mau mengeluarkan zakat dan sedekah. Sedangkan sebagian besar hasil dari rampokkannya, ia bagi-bagikan untuk orang miskin. Dari sinilah ia sering diberi gelas “Lokajaya” artinya perampok budiman.

Namun semuanya berubah, ketika ia bertemu dengan seorang ulama yang berada di suatu hutan. Lokajaya melihat ada seorang kakek tua bertongkat. Orang itu adalah Sunan Bonang. Lokajaya melihat tongkat itu seperti tongkat emas, sehingga ia merampas tongkat itu. Dan mengatakan hasil dari rampokannya akan dibagilan kepada orang yang miskin. Tetapi, Sunan Bonang tidak membenarkan cara itu, ia lantas menasehati Lokajaya bahwa Allah SWT tidak akan menerima amal yang buruk. Lalu sunan Bonang menunjukkan pohon aren emas dan mengatakan bila Raden Sain ingin mendapatkan harta tanpa berusaha, maka ambillan buah aren emas yang di tunjukkan oleh Sunan Bonang.

Bertemu Sunan Bonang

Karena pertemuan itulah, Raden Said berubah dan ingin menjadi murid Sunan Bonang. Raden Said lalu menyusul Sunan Boang ke sungai dan mengatakan bahwa ia ingin menjadi murid Sunan Bonang. Sunan Bonang lalu menyuruh Raden Said untuk bertapa sambil menjaga tongkat yang ditancapkannya ke tepi sungai. Raden Said tidak diijinkan untuk beranjak dari tempat tersebut sebelum Sunan Bonang kembali datang.

Raden Said lalu melaksanakan perintah dari Sunan Bonang untuk menjaga tongkatnya. Karena itu, ia menjadi tertidur dalam waktu lama. Hingga tanpa disadari akar dan rerumputan telah tumbuh menutupu dirinya. Tiga tahun kemudian, Sunan Bonang datang dan membangunkan Raden Said. Karena ia telah menjaga tongkatnya yang ditancapkan di sungai dan melalukan pertapa, maka Raden Said diganti namanya menjadi Kalijaga. Kalijaga lalu diberi pakaian baru dan diberi pelajaran Agama oleh Sunan Bonang. Kali jaga lalu melanjutkan dakwahnya dan dikenal menjadi sunan Kalijaga.

Namun cerita cerita pemberian gelar Kalijaga oleh Sunan Bonang banyak diragukan oleh para sejarwan dan ulama berpaham salaf karena tidak masuk akal dan bertentangan dengan ilmu syariat.

Sejarah Nama Kalijaga

Menurut pendapat masyarakat Cirebon, bahwa nama Kalijaga berasal dari nama dusun Kalijaga di Cirebon. Dengan alasan Sunan Kalijaga pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati. Namun fakta menunjukkan bahwa di dusun kalijaga tidak terdapat ada “Kali” sebagai ciri khas dari dusun tersebut. Sedangkan, menurut logika, munculnya nama dusun Kalijaga setelah Sunan Kalijaga tinggal di dusun itu.

Menurut riwayat dari kalangan Jawa Mistik (Kejawen) mengaitkan nama Kalijaga dengan kesukaan Sunan Kalijaga berendam di Sungai (Kali) sehingga seperti orang yang sedang menjaga kali. Riwayat ini menyebutkan bahwa nama Kalijaga muncul setelah Joko Saik disuruh bertapa di tepi sungai oleh Sunan Bonang selama bertahun-tahun.

Banyak yang bependapat jika riwayat ini tidak masuk akal, apakah mungkin seorang da’i menghabiskan waktu lama untuk berendam di sungai sepanjang hari tanpa melakukan shalat, puasa bahkan tanpa makan dan minum.

sedangkan menurut pendapat lain mengatakan bahwa nama Kalijaga berasal dari bahasa Arab “Qadli” dan namanya sendiri “Joko Said”. Frase ini asalnya dari “Qadli Joko Said” yang artinya ” Hakim Joko Said”. Karena menurut sejarah mencatat bahwa saat Wilayah Demak didirikan pada tahun 1478, Sunan Kalijaga diserahi tugas sebagai Qadli (hakim) di Demak oleh Wali Demak saat itu, yaitu Sunan Giri.

Masyarakat Jawa dikenal kuat dalam hal penyimpangan pelafalan kata-kata dari bahasa Arab, seperti istilah Sekaten (dari ‘Syahadatain’), Kalimosodo (dari ‘Kalimah Syahadah’), Mulud (dari Maulid), Suro (dari Syura’), Dulkangidah (dari Dzulqaidah), dan masih banyak istilah lainnya. Maka tak aneh bila frase “Qadli Joko” kemudian tersimpangkan menjadi ‘Kalijogo’ atau ‘Kalijaga’.

Dakwah Sunan Kalijaga

Dalm perjalanan dakwahnya, Sunan Kalijaga membawa paham keagamaan yaitu salafi –bukan sufi-panteistik ala Kejawen yang ber-motto-kan ‘Manunggaling Kawula Gusti’. Ini terbukti dari sikap tegas beliau yang ikut berada dalam barisan Sunan Giri saat terjadi sengketa dalam masalah ‘kekafiran’ Syekh Siti Jenar dengan ajarannya bahwa manusia dan Tuhan bersatu dalam dzat yang sama.

Sunan Kalijaga sangat toleran terhadap budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka merka harus didekati secara bertahap, dengan mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga memiliki keyakinan jika Islam sudah dipahami, maka dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Tidak heran, jika ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam.

Sunan Kalijaga menggunakan seni ukir, wayang, gamelan serta seni suara sebgai sarana dakwah. Beberapa lagu suluk ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul. Dialah menggagas baju takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu (“Petruk Jadi Raja”). Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.

Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang.

Lama masa hidup Sunan Kalijaga

Berdasarkan riwayat Mahsyur mengisahkan bahwa masa hidup Sunan kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Ini membuktikan bahwa Sunan Kalijaga mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit pada tahun 1478, Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon, Kesultanan Banten dan Kerajaan Panjang yang lahir tahun 1546 serta awal lahirnya Kerajaan Mataram.

Ketika wafat, ia dimakamkan di Desa Kadilangu, dekat kota Demak (Bintara). Makam ini hingga sekarang masih ramai diziarahi orang – orang dari seluruh indonesia.

Lengkap penjelasan yang disampaikan pada postingan kali ini tentang Biografi dan Profil Lengkap Sunan Kalijaga atau Raden Said sebagai salah satu tokoh wali songo yang menyebarkan islam di penjuru negeri Indonesia. Semoga apa yang disampaikan dapat menjadi suatu bahan yang bermanfaat bagi para pembaca yang budiman.

Biografi dan Profil Lengkap Sunan Kalijaga atau Raden Said – Tokoh Wali Songo
Scroll to top